Buku terakhir yang gw baca adalah "Marriagable: Gue Mau Nikah Asal..." karangan Riri Sardjono. Buku itu direkomendasiin sama 'anggota keluarga' gw, Onyay dan Adit. Menurut mereka berdua, buku ini adalah 'buku yang cewek banget'! Karena gw masih berjenis kelamin perempuan, jadi gw bacalah buku Marriagable ini.
Patah Hati. Semua orang pasti pernah ngalamin yang namanya patah hati. Termasuk Flory, sang tokoh utama di buku Marriagable. Flory patah hati gara-gara mantan pacarnya, Gilang, selingkuh dengan cewek lain yang lebih muda dan lebih kayak boneka Barbie.
Perjodohan. Jodoh itu memang di tangan Tuhan. Tapi bukan berarti karena jodoh yang menentukan adalah Tuhan, kita jadinya ga berusaha untuk menemukan soulmate kita (klo pake istilah di Marriagable, soulmate = tulang rusuk yang sama). Banyak cara untuk menemukan the one. Mungkin dia ada di antara teman sekolah. Di antara teman sepermainan waktu kecil dulu. Di antara teman-teman dari kakak atau adik kita. Atau bahkan anak dari teman orangtua kita :P Ngebayang ga seh klo kita suatu saat akan dijodohkan...?! Entah itu dijodohin sama anak dari temennya Nyokap/Bokap, sama temennya temen loe, or even sama temennya kakak loe. Flory, dijodohin sama Vadin, anak dari temen Nyokapnya. Awalnya Flory ga mau dijodohin sama Vadin. Tapi siapa sangka klo ternyata jodoh yang awalnya loe tolak, malah bisa jadi tulang rusuk loe...?! Waaaaaah... Jadi pengen dijodohin... hihihihihihi...
Selesai baca buku ini, gw langsung setuju dengan apa yang dibilang Onyay dan Adit. Entah kenapa pula, selesai ngebaca buku itu timbul hasrat menggebu dari diri gw untuk menulis. Hasrat menulis di sini bukan berarti gw mau saingan sama Riri Sardjono buat bikin buku. Bukan! :D Tapi hasrat untuk menulis perasaan gw setelah membaca buku ini.
Buku Marriagable ngebuat gw sadar akan beberapa hal. Patah hati. Perjodohan. Persahabatan. Hubungan dengan orang tua. Pernikahan. Cinta.
Patah Hati. Semua orang pasti pernah ngalamin yang namanya patah hati. Termasuk Flory, sang tokoh utama di buku Marriagable. Flory patah hati gara-gara mantan pacarnya, Gilang, selingkuh dengan cewek lain yang lebih muda dan lebih kayak boneka Barbie.
Gw pun pernah patah hati. Mas Pras. Abang Fathur. Meskipun klo dalam kisah patah hati gw, ga ada istilah selingkuh. Klo menjadi selingkuhan, ya jelas pernah :P Tapi patah hati itu ga boleh disimpan lama-lama. Seperti yang dibilang Ara (sahabatnya Flory), "Move on dan raih hidup yang ada di depan lo, bukan di belakang." Masa lalu ada untuk dijadikan cermin, bukan untuk dijadikan tujuan. Tujuan itu ada di depan, bukan di belakang.
Perjodohan. Jodoh itu memang di tangan Tuhan. Tapi bukan berarti karena jodoh yang menentukan adalah Tuhan, kita jadinya ga berusaha untuk menemukan soulmate kita (klo pake istilah di Marriagable, soulmate = tulang rusuk yang sama). Banyak cara untuk menemukan the one. Mungkin dia ada di antara teman sekolah. Di antara teman sepermainan waktu kecil dulu. Di antara teman-teman dari kakak atau adik kita. Atau bahkan anak dari teman orangtua kita :P Ngebayang ga seh klo kita suatu saat akan dijodohkan...?! Entah itu dijodohin sama anak dari temennya Nyokap/Bokap, sama temennya temen loe, or even sama temennya kakak loe. Flory, dijodohin sama Vadin, anak dari temen Nyokapnya. Awalnya Flory ga mau dijodohin sama Vadin. Tapi siapa sangka klo ternyata jodoh yang awalnya loe tolak, malah bisa jadi tulang rusuk loe...?! Waaaaaah... Jadi pengen dijodohin... hihihihihihi...
Persahabatan. Ternyata semboyan "we don't have to be in the same character to be friends" adalah benar. Terbukti di buku Marriagable itu. Persahabatan antara Flory, Ara, Dina, Kika, Gerry, dan Padma yang punya karakter jauh berbeda ternyata bisa juga dijalanin...
Terbukti juga dengan Keluarga HeHe :D (I love you all, My Family...) Bisa kebayang ga klo semua temen loe punya karakter dan sifat yang sama kayak elo...? Bagaikan bercermin! Ga enak banget, pastinya... Jadi, gw bersyukur banget bisa punya banyak sahabat yang Alhamdulillah semua karakternya beda sama gw :D Dan lagi, cara berkomunikasi itu emang bisa beda-beda... You can call it fighting, but for some people they call it communicating. Tapi ada bagian dialog yang gw suka di Marriagable antara Ara dan Flory saat Flory melakukan permainan konyolnya untuk Vadin.
"Apa yang elo cari, Flo?" tanyanya waktu itu. "Elo mengobati kesepian lo dengan sesuatu yang suatu hari nanti akan bikin elo kesepian lagi."
"Gue punya elo semua, kenapa gue harus kesepian?"
"Kita cuma teman lo, Barbie," jawab Ara iba. "Elo tau itu, kan?"
"Maksud lo?"
"Teman bukan someone waiting home for us, Honey."
"Kita cuma teman lo, Barbie," jawab Ara iba. "Elo tau itu, kan?"
"Maksud lo?"
"Teman bukan someone waiting home for us, Honey."
Dialog itu buat gw keren abis! Pernah ga seh loe sadar klo seberapa pun banyaknya teman-teman loe or even sahabat loe, mereka ga ada untuk menunggu loe pulang dirumah? Mungkin mereka akan ada saat loe butuh sandaran selagi sedih. Mungkin mereka akan ada saat loe butuh tertawa. Mungkin mereka juga akan ada di saat terbaik (or even TERBURUK) loe...
Pernikahan. Selama ini gw slalu menargetkan untuk menikah sebelum umur gw 25 tahun (gara-gara silly conversation sama Hilmi waktu kuliah semester 3 dulu... hehehehehe...). Tapi buku ini ngebuat gw berpikir lebih matang dan jauh lagi tentang pernikahan. Dulu, bagi gw cinta aja udah cukup di dalam sebuah pernikahan. Ternyata, cinta aja GA CUKUP untuk ngebangun sebuah pernikahan. Masih banyak hal lain yang diperlukan di dalam sebuah pernikahan. Rasa nyaman terhadap teman sepanjang sisa hidup loe, cara berkomunikasi antara elo dan tulang rusuk loe, dan yang terpenting adalah apakah dia bisa bikin elo ketawa atau tidak!
Dengan gw ngebaca buku Marriagable, meskipun itu hanya fiksi, tapi bisa ngebuat gw sedikit menurunkan ritme hasrat gw yang menggebu-gebu untuk menikah. Bukan berarti hasrat itu hilang dan terpendam. Bukan! Hanya sedikit membuat angan gw lebih memijak bumi :D Ternyata bersama seseorang yang bisa membuat kita nyaman dan tertawa itu jauh lebih baik daripada bersama seseorang yang mencintai kita tapi tidak bisa membuat kita nyaman dan tertawa :)
Selain itu, kondisi keuangan kita pun berpengaruh terhadap pernikahan. Apakah kondisi keuangan kita sudah siap untuk sebuah pernikahan? Bukannya gw ngebantah slogan "rejeki itu akan datang kapan saja". Hanya saja bersikap lebih realistis dengan standar hidup yang ada saat ini. Meskipun standar kenyamanan udah diturunin, tapi kan klo menikah itu udah bukan cuma ada elo sendiri. Ada pasangan loe. Belum lagi klo nti ada anak. Ckckckckckck... Semakin susah saja sekarang :D
Marriages maybe made in heaven, but a lot of the details have to be worked out here on earth - Gloria Pitzer.
Selain itu, kondisi keuangan kita pun berpengaruh terhadap pernikahan. Apakah kondisi keuangan kita sudah siap untuk sebuah pernikahan? Bukannya gw ngebantah slogan "rejeki itu akan datang kapan saja". Hanya saja bersikap lebih realistis dengan standar hidup yang ada saat ini. Meskipun standar kenyamanan udah diturunin, tapi kan klo menikah itu udah bukan cuma ada elo sendiri. Ada pasangan loe. Belum lagi klo nti ada anak. Ckckckckckck... Semakin susah saja sekarang :D
Marriages maybe made in heaven, but a lot of the details have to be worked out here on earth - Gloria Pitzer.
You get married not to be happy but to make each other happy - Roy I. Smith.
Cinta. Yang slalu gw pegang adalah bahwa cinta itu bisa tumbuh seiring dengan waktu. Witing tresno jalaran soko kulino. Cinta datang karena terbiasa. Lebih baik gw menjalani hubungan yang awalnya tanpa cinta, daripada berawal dari cinta tapi berakhir di kata-kata "gw ga sayang loe lagi"! :D
Romeo... Romeo... Where are thou...???
Sekarang pertanyaan yang harus gw jawab adalah... "Sudah siapkah gw untuk menikah...?!?!"
No comments:
Post a Comment