Permisi, Pak Polisi.....

Saya mau tanya aja niy, Pak. Tapi saya jangan sampai diadukan ke Kejaksaan ya, Pak. Jangan juga saya sampai ditahan niy. Saya cuma pengen tanya aja sekedar memuaskan rasa ingin tahu.. Bukan berarti saya mencemarkan nama baik Kepolisian lho, Pak..

Kenapa di hari Senin ini Bapak-Bapak banyak bertebaran di jalanan Ibukota yah..??

Mulai dari Bunderan Patung Pemuda di Senayan, di deket Pom Bensin Jembatan Semanggi, sampai di setiap gerbang masuk tol pun Bapak-Bapak ada. Ya biasanya siy memang ada.. Tapi hari ini saya melihat semakin banyak saja Bapak-Bapak bertugas di jalanan. Sepertinya hari ini tidak ada kampanye Calon-Calon Presiden yang membutuhkan pengawalan deh..

Memang siy dengan adanya Bapak bertugas mengatur kendaraan, jalanan menjadi semakin teratur. Tapi pernah juga ga siy Bapak tau kalau di saat-saat tertentu dengan semakin adanya Bapak malah kemacetan semakin menjadi-jadi..??

Contohnya niy ya, Pak, saat tadi saya pulang naik bis dari kantor. Bis yang saya tumpangi sudah dengan manisnya mengantri dari depan Menara Mulia Gatot Subroto. Lha kok saat sudah mendekati gerbang tol Semanggi 2 (tempat biasanya bis-bis kota masuk ke dalam Tol Dalam Kota), tiba-tiba saja Bapak menyuruh ratusan kendaraan yang sudah antri dengan manis dan berlapis-lapis kesabaran untuk "membubarkan" barisan. Memang saat itu volume kendaraan di dalam Tol Dalam Kota (TDK) cukup padat. Tapi volume kendaraan di luar tol jauh lebih padat.

Ada beberapa mobil yang dengan lapisan sabar berlebih, tetap bertahan menunggu diperbolehkan untuk masuk ke dalam tol melalui gerbang Semanggi 2. Karena bis yang saya tumpangi adalah termasuk kategori kendaraan umum kejar setoran, mau tak mau sang Supir pun mengalah dan memilih untuk membubarkan barisan menuju gerbang tol selanjutnya di Kuningan. Untuk sampai ke gerbang tol Kuningan pun tak mudah, Pak. Eh, kok saat mendekati jembatan fly over Mampang, lagi-lagi bis yang saya tumpangi diusir dari barisan oleh Bapak.

Bapak bilang, "Antri dari belakang!" (dengan mengacungkan tongkat merah Bapak ke arah kanan)

Memang bis yang saya tumpangi sempat keluar dari barisan antrian untuk kembali ke antrian lagi (pusing kan loe bacanya.. hehehehe.. maksudnya sempet nyelak kendaraan lain.. gitu lhoooo..). Tapi hal itu juga dilakukan oleh mobil-mobil pribadi lain. Kenapa cuma bis-bis yang membawa puluhan penumpang yang Bapak usir? Kalau mau adil, mbok ya mobil-mobil pribadi yang nyelak itu tolong diusir juga keluar dari barisan..

Saya jadi emosi saat Bapak menyuruh supir bis yang saya tumpangi untuk mengantri. Dan saya mendukung dengan penuh saat supir bis yang saya tumpangi menjawab, "Saya tadi ngantri dari Komdak, Pak. Tapi malah ga boleh masuk di Semanggi 2. Masa sekarang saya harus diusir lagi?"

Supir bis lelah, Pak. Saya juga lelah. Begitu juga puluhan penumpang lainnya. Dan saya yakin Bapak juga lelah. Semua lelah. Bagaimana ya, Pak, cari solusinya biar ga jadi pada emosi..? Kelelahan bikin emosi berlipat-lipat naiknya..

Mungkin sekedar saran aja niy, Pak.. Lain kali kalau Bapak mau memberlakukan sistem buka tutup gerbang tol, lebih baik Bapak lakukan saat sebelum jam pulang kerja dan Bapak koordinasikan dengan kawan-kawan Bapak yang kebetulan sedang bertugas di gerbang tol lainnya. Biar ga terjadi penumpukkan volume kendaraan di satu gerbang masuk tol, Pak..

Bapak kan tugasnya melindungi dan melayani rakyat. Jadi kalau warganya merasa terlindungi dan dilayani dengan baik, Bapak kan pasti puas.. Ya ga, Pak..??

Udah ah.. Nanti kebanyakan omong, saya malah dipenjara. Maaf yah, Pak, kalau unek-unek saya jadi ga pantas.. Tapi beneran deh, Pak, bukan bermaksud untuk pencemaran nama baik.

Dah, Bapak Polisiiiiiiiiii.

Ssssttt.. Bukan bermaksud diskriminasi buat Ibu Polisi lhooooo.. Tapi beneran deh tadi sesorean saya ga liat ada Ibu Polisi. Jadi Ibu Polisi jangan memenjarakan saya juga yaaaaaaaaaaaaah..